January 10, 2011

Tune In dengan eLJot | Catatan Perjalanan III

Bukan menundukkan tetapi tune in dengan eLJot membuat mobil tua buatan tahun 1981 ini bersahabat dengan yang mengendarainya. Mesin yang masih terdengar bagus bunyinya dan tidak ada kendala serius yang berarti selama perjalanan jauh, membuat saya berterima kasih pada si eLJot. Langsunglah saya bawa ke bengkel untuk diservis. Ganti oli di bengkel berasuransi Hanggar, ternyata primitif sekali caranya dibanding bengkel di Solo. Pake pompa bikinan tangan untuk memompa oli ke gardan dan transmisi. Perbaiki rem tangan di tempat yang sama cukup efektif pengerjaannya. Perbaikan rem tromol di ke empat roda di bengkel resmi Suzuki jauh dari profesional dan sangat mengecewakan hasilnya dibanding harga yang harus dibayar. Dengan pengerjaan lebih dari 8 jam, mengganti 2 kanvas rem dan bleeding (buang angin), tidak ada perubahan yang signifikan di sistem pengereman. Masih tetap harus dikocok dulu. Pihak bengkel menyarankan besok datang lagi untuk cek master rem dan tune-up mesin. Dalam hati saya sudah memutuskan tidak akan datang ke situ lagi. Selang beberapa hari di telpon pihak bengkel Suzuki, saya langsung menyampaikan cara kerja amatiran dari bengkel. Pendapat ini saya kemukakan bukan tanpa alasan. Ngobrol-ngobrol dengan montirnya ternyata baru lulus sekolah mesin setahun yang lalu dan belum banyak pengalaman. Alat-alat yang dipakai pun tidak lebih istimewa dari bengkel pinggir jalan. Dari apa yang terlihat dan dari hasil service, tidak ada perubahan sedikitpun atas masalah sistem pengereman!

January 09, 2011

Si Jangkrik Binal | Catatan Perjalanan II

Perjalanan dari Solo menuju Jakarta kami putuskan melalui jalur utara. Sepanjang Boyolali sampai Ungaran hujan deras mengguyur eLJot. Amazing Grace! Dengan kontur jalan menanjak dan jalan cukup ramai, kondisi hujan yang dingin membuat mesin adem-ayem. Cuma sistem pengereman yang cukup aneh. Pedal rem musti dikocok dua-tiga kali baru bisa ngerem. Rem tangan (parking brake) juga tidak terlalu makan. Kawan saya yang mengemudikan eLJot cukup lincah dan cepat beradaptasi dengan karakter seperti ini. Sore menjelang malam tiba di Ungaran, kami istirahat dulu untuk isi perut, di samping kondisi hujan deras yang menghalangi pandangan. Dengan satu wiper dan tanpa AC membuat pengembunan di kaca pandang bagian dalam sehingga harus sering-sering mengelap kaca supaya jarak pandang tidak terganggu.

January 08, 2011

Mengapa LJ80? | Catatan Perjalanan I

Berawal dari keinginan bisa tetap jalan-jalan dengan mantan pacar keliling desa dan kota meski hujan deras, akhirnya saya memutuskan untuk membeli mobil. Setelah searching di internet pilihan saya jatuh pada Suzuki LJ80 atau dikenal dengan nama Jimny Jangkrik atau Jimny Kotrik. Pilihan ini tidak lepas dari soal harga di urutan pertama. Dengan budget di bawah 20 juta. Karena alokasi dana yang saya miliki dari keringat sendiri memang segitu.

Hampir sebulan lamanya media jual beli mobil online saya pantengin. Beberapa yang pasang iklan saya kontak bahkan satu saya datangi dan hampir deal, tetapi batal karena surat dan pajak mati, dan kondisi mobil harus didandani lagi sana-sini. Wah bisa over budget kalau kondisi begitu. Sampai suatu hari saya melihat posting di kaskus dijual Jimny Jangkrik. Awal melihat fotonya, tidak pikir panjang lagi, intuisi saya bilang: this is it! Hanya dengan sms-an dengan si penjual saya langsung memutuskan untuk berangkat ke Solo. Saya kontak kawan dekat saya, besok kita berangkat Solo urusan jangkrik. Kawan saya langsung mengiyakan tanpa tanya ini-itu. Dia pikir saya bisnis jangkrik sekarang. Baru di jalan dia tahu jangkrik yang dimaksud adalah LJ80 :)