January 08, 2011

Mengapa LJ80? | Catatan Perjalanan I

Berawal dari keinginan bisa tetap jalan-jalan dengan mantan pacar keliling desa dan kota meski hujan deras, akhirnya saya memutuskan untuk membeli mobil. Setelah searching di internet pilihan saya jatuh pada Suzuki LJ80 atau dikenal dengan nama Jimny Jangkrik atau Jimny Kotrik. Pilihan ini tidak lepas dari soal harga di urutan pertama. Dengan budget di bawah 20 juta. Karena alokasi dana yang saya miliki dari keringat sendiri memang segitu.

Hampir sebulan lamanya media jual beli mobil online saya pantengin. Beberapa yang pasang iklan saya kontak bahkan satu saya datangi dan hampir deal, tetapi batal karena surat dan pajak mati, dan kondisi mobil harus didandani lagi sana-sini. Wah bisa over budget kalau kondisi begitu. Sampai suatu hari saya melihat posting di kaskus dijual Jimny Jangkrik. Awal melihat fotonya, tidak pikir panjang lagi, intuisi saya bilang: this is it! Hanya dengan sms-an dengan si penjual saya langsung memutuskan untuk berangkat ke Solo. Saya kontak kawan dekat saya, besok kita berangkat Solo urusan jangkrik. Kawan saya langsung mengiyakan tanpa tanya ini-itu. Dia pikir saya bisnis jangkrik sekarang. Baru di jalan dia tahu jangkrik yang dimaksud adalah LJ80 :)

Dengan penerbangan termurah dari Cengkareng disambung dengan KRD Prameks, becak dan bis sampailah kami di TKP sore-sore jam 16.30. Dijemput oleh yang jual untuk sampai ke rumahnya, saya seolah-olah pernah bertemu dengan orang ini, tapi entah di mana (de ja vu?) Langsung melihat kondisi mobil. Kondisi luar dan dalam terbilang mulus, tanda terawat. Langsung dicoba oleh kawan saya, karena saya nggak tahu-menahu soal mobil, dia bilang OK. Ngobrol cukup lama dengan yang jual sambil tanya-tanya tentang sejarah dan keadaan mobil. Yang jual dan kakaknya dan istrinya sangat ramah hingga malam kami ngobrol sana-sini. Akhirnya deal, saya transfer via ATM untuk transaksinya, meskipun agak macet transaksi ATMnya. Bukan karena mesinnya, tapi karena yang punya ATM gaptek urusan transfer duit via ATM. Hahahaha....

Malam itu kami bawa si eLJot, begitu saya menamainya, ke kota Solo. Seharian diajak berkeliling kota Solo sampai esok siangnya, mulai kelihatan si eLJot minta kenalan dengan yang menunggangi. Setir racing yang terpasang begitu berat karena diameter kecil dan tidak power steering. Sampai-sampai tangan menjadi kekar memutarnya. Posisi transmisi yang cukup jauh dari jangkauan (dibandingkan mobil-mobil jaman sekarang), sering tertukar dengan memegang botol air mineral yang ditaruh di dekatnya :D. Juga pergantian transmisi tidak terlalu mulus. Kadang berbunyi 'klek' begitu masuk gigi 3. Setelah beli oleh-oleh serabi Notosuman, si eLJot siap-siap kami bawa perjalanan pulang. Di sini mulai timbul gejala transmisi pindah ke netral dari gigi 4 pada kecepatan tinggi. Maka saya putuskan untuk mengganti oli mesin, transmisi, dan gardan; cek baut-baut dan tekanan ban; ganti setir standar LJ80 sebelum memulai perjalanan jauh. Masuk di Bengkel Mega Merapi di jalan Yogya-Solo untuk melakukan itu semua. Bengkel yang cukup bagus dan canggih. Dengan alat pengencang baut dan pompa pengisi oli gardan dari mesin, bukan manual tenaga otot. Saya kira mahal, ternyata sangat masuk di kantong biaya servicenya. Kurang lebih 2,5 jam selesai, jam 16 sore kami mulai perjalanan. Perjalanan yang mengasyikkan :)

No comments:

Post a Comment